Rabu, 11 Februari 2009

TRIK MEMOTRET MALAM

  • Kilatan Lampu Mobil
Banyak obyek menarik di malam hari. salah satunya adalah lampu-lampu mobil di jalan. Cahaya lampu kendaraan di malam hari biasa didapat dengan mengeset kecepatan rana kamera ke posisi rendah atau Bulb. Anda bisa menggunakan pilihan Shutter Priority untuk ini. Agar tidak goyang. Anda harus menggunakan tripod dan shutter release. Untuk mendapatkan sudut pandang yang tepat, posisikan kamera dekat dekat jalan raya yang ramai.
  • Lampu Kota
Kelap-kelip lampu di sebuah kota yang ramai selalu menjadi obyek yang mengagumkan. Meski malam hari, terangnya pijar neon menjadi berlebihan bila kamera diset ke mode Automatic. Flash pun rasanya tidak diperlukan. Terapkan teknik long exposure menggunakan kecepatan rana lambat atau beberapa detik. Sangga kamera pada tripod. Jika memotret tanpa tripod, gunakan kecepatan rana yang pendek dan setel ISO ke nilai yang besar.
  • Bermain Dengan Flash
Anda bisa bermain-main dengan flash di malam hari, misalnya dengan memotret kembang api yang sedang diputar-putar. Caranya, Setel kamera ke shutter priority dan berikan kecepatan rana rendah seperti 1/2 atau 1/5. Set flash ke modus Rear Curtin Sync. Bidik rekan Anda dan biarkan ia memutar-mutar kembang api. ikuti terus hingga rana menutup dan lampu flash menyala. lihatlah, kembang api yang berputar tadi terlihat membentuk jejak cahaya. Wajah rekan Anda pun tetap tampil jelas.
  • Wajib Tripod & ISO Gede
tripod wajib adanya dalam memotret malam Anda pasti sering menemukan kondisi yang menuntut Anda untuk menggunakan kecepatan superlambat. Meski kecepatan rana lambat masih bisa diimbangi dengan bukaan rana besar. kecepatan maksimal yang didapat biasnya masih memungkinkan obyek terguncang. Untuk mendukung tripod, gunakan ISO agak besar seperti 400, agar kecepatan rana tetap maksimal namun noise tidak terlalu banyak.
  • Lampu Warna-Warni
Lampu adalah obyej yang sering menjadi daya tarik saat memotret malam hari. tak hanya dalam bentuk kelap-kelip gedung. juga lampu-lampu panggung hiburan, seperti konser. Dengan menggunakan lensa tele atau bukaan rana lebar yang diimbangi dengan kecepatan rana cepat, Anda bisa menjadi bokeh warna-warni yang menarik.

TIPS & TEKNIK MEMOTRET WAJAH

Beda situasi, beda pula tekniknya. Itulah yang harus Anda pahami saat menggunakan kamera DSLR. Berikut kami sajikan ti dan teknik pemotretan dalam berbagai situasi.
  • Ciptakan DoF Sempit
Untuk memudahkan pemotretan, Anda bisa memilih scene mode Portrait. Namun, membuat foto portrait akan lebih baik jika si obyek terisolasi dari lingkungan sekitar. Untuk itu, gunakan saja Apature Priority Mode, lalu atur diafragma ke bukaan paling besar untuk menciptakan ruang ketajaman yang sempit. Dengan begitu latar menjadi buram dan wajah yang Anda Potret menjadi lebih menonjol.
  • Hindari Kontak Matahari
Agar foto wajah di siang hari tidak mengandung bayangan gelap, teknik standarnya adalah dengan menghadapkan muka model kea rah datangya cahaya. Namun, sinar matahari cenderung membuat silau model sehingga matanya menyipit. Solusinya pergilah ke tempat yang agak teduh dan arahkan pandangan model ke tempat terang, warna foto akan tampil lebih bagus dari pada sebelumnya.
  • Jauhkan Backround Ruwet
Ketika memotret wajah perhatikan latar belakangnya, hindari latar belakang yang berwarna-warni atau gambar yang semrawut, yang menyebabkan foto wajah kurang menonjol (bisa jadi justru latar belakang yang menonjol (bisa jadi justru latar belakang yang menjadi menonjol). Jadi berusahalah untuk menghindarinya.
  • Aktifkan Penghilang Mata Merah (Red-Eye Reduction)
Untuk kamera yang dilengkapi flash dengan fasilitas anti-red eye, coba aktifkan anti red-eye, coba aktifkan feature tersebut. Ini guna menghindari munculnya mata merah akibat pancaran flash yang terlalu kuat dan terbias di kornea mata.
  • Gunakan ISO Rendah
Setel ISO kamera ke nilai rendah, seperti ISO 100 atau 200. Ini untuk membuat tampilan wajah terlihat halus, dan bersih dari noise. Jika foto menjadi kurang tajam, Anda bisa meningkatkan ISO-nya sedikit lagi atau gunakan flash agar wajah semakin kentara.
  • Bounching Flash
Gunakan flash eksternal untuk memperindah wajah jika menggunakan flash internal, hindari pijaran langsung kearah wajah karena membuat wajah overexposed dan baying hitam legam muncul di belakangnya Redamlah flash, misalnya dengan menutupinya dengan kertas putih. Jika menggunkan flash eksternal, gunakan teknik bounching, dan arahkan flash ke langit-langit. Anda akan mendapatkan foto wajah dengan efek cahaya yang lembut. Gradasi bayangan pun terlihat lebih halus. Jika langit-langit cukup tinggi, tembakkan cahaya lampu kearah kanan obyek bidikan.
  • Munculkan Ekspresi
Agar tidak monoton, obyek foto Anda harus mengeluarkan ekspresi. Ajak dia untuk tertawa. Berbicara atau apapun agar bersifat dinamis. Foto portrait pun tidak harus menghadap kamera. Beri dia pandangan lain untuk melihat, lalu Anda bisa memotretnya dari sudut pandangan lain. Kadang dengan cara ini Anda mendapatkan efek dramatis dari foto wajah.

Selasa, 10 Februari 2009

SEJARAH JURNALISTIK

Pada yahun 1450 John Gutenburg di kota Minz Jerman membuat mesin cetak pertama di dunia. setelah itu muncullah surat kabar pertama kali di Eropa yang bernama "Avisa Relation Zaitung". Menyusul di Amsterdam Courante Mijn Italien Duitsjhbladtee, kemudian terbit di Amerika Serikat kabar mingguan The Boston News Letter.

Surat kabar pertama kali terbit di Indonesia pada 7 Agustus 1744. Surat kabar yang pertama kali menggunakan bahasa Belanda. Pada mulanya wartawan memiliki organisasi yang bernama PWI (Persatuan Wartawan Indonesia). UU pokok pers dikeluarkan pertama kali tahun 1963, kemudian digantikan dengan UU No 11 tahun 1966. UU ini juga mengalami perubahan dua kali pada tahun 1967 dan UU No 21 tahun 1982. Lalu 17 tahun kemudian diubah lagi menjadi UU No 40 tahun 1999 yang berlaku hingga sekarang

Manfaat Jurnalistik di antaranya :
  1. Memberikan informasi
  2. Mendidik
  3. Menghibur
  4. Mengontrol (social control)
Hal-hal yang perlu dimiliki oleh seorang wartawan
  1. Hoby dalam menulis
  2. Terampil bicara
  3. Peduli & cinta bahasa
  4. Senang bergaul dengan banyak orang
  5. Senang berpetualang dan menyukai tantangan
  6. Bisa bekerja di bawah tekanan
Langkah-langkah dalam wawancara :
  1. Wartawan menentukan topic/tema yang akan dibicarakan
  2. Mempelajari dan menguasai topik yang akan dibahas
  3. Siapkan alat rekaman (tape recording) dan catatan kecil
  4. Susunlah sraf pertanyaan yang akan diajukan
  5. Hubungi dan temui nara sumber
  6. Lakukan wawancara
Jenis-Jenis Wawancara
  1. Wawancara Melalui Telepon. Jenis wawancara ini dilakukan dengan alasan nara sumber sangat sibuk sehingga selit ditemui. Bisa juga lokasi nara sumber jauh dari jangkauan. Terkadang wawancara via telpon dilakukan jika situasi mendesak, misalnya mengkonfirmasi pihak kepolisian, rumah sakit dan sebagainya.
  2. Wawancara Langsung (tatap muka)
  3. Wawancara Tertulis. Biasanya dilakukan kepada Presiden dan Wakilnya, tahanan politik dan nara pidana kelas kakap. Topik yang akan dibahas terkadang sangat rumit dan membutuhkan kehati-hatian bagi nara sumber untuk menjawabnya.
  4. Wawancara Ekslusif. Wawancara yang dilakukan oleh suatu media massa kepada yang sedang controversial.
  5. Wawancara Bersama. Media massa, misalnya cetak dan elektronik bersama-sama melakukan wawancara denga satu nara sumber.
Beberapa Istilah Dalam Dunia Jurnalistik
  1. Konferensi Pers adalah bentuk umu yang dilakukan oleh seseorang, sekelompok orang lembaga swasta, partai politik dan pemerintah dalam memberikan keterangan mengenai sesuatu hal dan dianggap penting atau bernilai berita.
  2. Delik Pers adalah media memberikan informasi yang salah satu atau melakukan pemberitaan yang tidak sesuai dengan fakta.
  3. Follow Up adalah bentuk pengembangan dari berita yang sudah dicetak atau disiarkan.
  4. Off The Record dan On The Record adalah informasi atau keterangan yang diberikan sumber berita hanya untuk diketahui wartawan, tetapi tidak bisa dicetak atau disebarkan secara luas dalam bentuk apapun. On The Record adalah kebalikan dari Off The Record.
  5. Embargo berita adalah permintaan agar berita tidak disiarkan dalam waktu tertentu. misalnya naskah atau UU yang dibagikan kepada wartawan, namun belum boleh dibacakan sebelum presiden mengumumkan.
  6. Berita Balanching (Cover Both Side) adalah berita yang dimuat diperoleh dari kedua belah pihak yang bersangkutan (pro dan kontra). Dalam hal ini keterangan dari sumber berita dikonfirmasi atau dicetak kepada sumber lainnya. Jadi, berita menjadi berimbang karena kedua belah pihak diberi ruang yang sama.
  7. Hak Tolak adalah yang dimiliki oleh wartawan untuk tidak memberitahukan atau mengungkapkan sumber berita yang diberitakan secara konfidensial, misalnya karena pemerintah off the record.
  8. Hak Jawab adalah hak yang dimiliki oleh pemabaca atau nara sumber berita baik perorangan, kelompok atau lembaga untuk meluruskan berita yang dianggap merugikan, atau berita yang dimuat dianggap keliru dan tidak benar.
  9. Hak koreksi adalah hak setiap orang untuk membetulkan kekeliruan yang telah diberitakan oleh pers. Hak koreksi tidak selalu berupa ralat atau pembetulan terhadap suatu data, tetapi wartawan atau media bisa juga melakukan pencabutan terhadap keseluruhan berita dengan alasan tertentu.
  10. Somasi adalah teguran atau peringatan dari pihak-pihak tertentu terhadap media cetak atau elektronik karena dianggap beritanya telah merugikan.

Kode Etik Wartawan Indonesia (KEWI)
  1. Wartawan Indonesia menghormati hak masyarakat untuk memperoleh inforamasi yang benar
  2. Wartawan Indonesia menempuh tata cara yang etis untuk memperoleh dan menyiarkan informasi serta memberikan identitas kepada nara sumber informasi.
  3. Wartawan Indonesia menghormati asa praduga tidak bersalah, tidak mencampurkan fakta dan opini, berimbang dan selalu meneliti keterangan informasi serta tidak melakukan plagiat.
  4. Wartawan Indonesia tidak menyiarkan informasi bersifat dusta, fitnah, sadis dan cabul serta tidak menyebutkan identitas korban kejahatan susila.
  5. Wartawan Indonesia tidak menerima suap dan tidak menyalahgunakan profesi
  6. Wartawan Indonesia memiliki hak tolak, menghargai ketentuan embargo, informasi off the record yang sesuai dengan kesepakatan.
  7. Wartawan Indonesia segera mencabut dan meralat dalam pemberitaan sera melayani hak jawab.


JENIS MEDIA & SIFAT JURNALISTIK

A. Media Cetak
Sifatnya :
  • Dapat dibaca, diman saja dan kapan saja
  • Dapat dibaca berulang-ulang
  • Daya rangsang rendah
  • Biaya realtive rendah
  • Daya jangkau terbatas
B. AUDIO
Sifatnya :
  • Dapat disambi (bisa didengarkan sambil kerja)
  • Dapat didengar bila diputar kembali
  • Daya rangsang rendah
  • Realtif murah
  • Daya jangkau besar
C. AUDIOVISUAL
Sifatnya :
  • Dapat didengar dan dilihat bila ada siaran
  • Sangat mahal
  • Daya jangkau luas
  • Sepintas
  • Daya ragsang tinggi

Senin, 09 Februari 2009

MEMAHAMI DUNIA JURNALISTIK

Defenisi Jurnalistik

Menurut Kris Budiman, Jurnalistik (jounalsitiek dari bahasa belanda) bisa dibatasi secara singkat sebagai kegiatan penyiapan, penulisan, penyuntingan, dan penyampaian berita kepada khalayak melalui saluran media tertentu. Junalistik mengcakup kegiatan dari peliputan samapi kepada penyebarannya kepada masyarakat. sebelumnya, jurnalistik dalam pengertian sempit disebut juga dengan publikasi secara cetak. Dewasa ini pengertian tersebut tidak hanya sebatas melalui cetak seperti surat kabar, majalah, dsb. namun meluas menjadi media elektronik seperti radio atau televisi. Berdasarkan media yang digunakan meliputi jurnalistik cetak (point Journlism), elektronik (electronic journalism). akhir-akhir ini juga telah berkembang jurnalistik secara tersambung (online journalism)

Sebuah berita jika disampaikan haruslah memuat nilai berita di dalamnya. Nilai berita mencakup beberapa hal, seperti berikut.
  1. Obejektif : berdasarkan fakta, tidak memihak.
  2. Aktual : terbaru, belum "basi".
  3. Luar biasa : besar, aneh, janggalm tidak umum.
  4. Penting : pengaruh atau dampaknya bagi orang banyak; menyangkut orang orang penting/terkenal
  5. Jarak : familitaris, kedekatan (geografis, kultural, psikologis).
lima nilai berita diatas menurut Kris Budiman sudah dianggap cukup dalam menyusun berita. Namun, Masri Sareb Putra dalam bukunya "Tehnik Menulis Berita dan Feature", malah memberikan dua belas nilai berita dalam menulis berita (2006:33). Dua belas hal tersebut diantarannya adalah :
  1. Sesuatu yang unik,
  2. Sesuatu yang luar biasa,
  3. Sesuatu yang langka,
  4. Sesuatu yang dialami/dilakukan/menimpa orang(tokoh)penting,
  5. Menyangkut keinginan publik,
  6. Yang tersembunyi,
  7. Sesuatu yang sulit untuk dimasuki,
  8. Sesuatu yang belum banyak/umum diketahui,
  9. Pemikiran dari tokoh penting,
  10. Kelakuan/kehidupan tokoh penting
  11. Kementar/ucapan dari tokoh penting, dan
  12. Hal lain yang luar biasa.

Dalam kenyataanya, tidak semua nilai itu akan kita pakai dalam sebuah penulisan berita. hal terpenting adalah adanya aktualis dan pengedepanan objektivitas yang terlihat dalam isi tersebut. seperti tubuh kita, berita juga mempunyai bagian-bagian, diantaranya adalah sebagai berikut.
  1. Judul atau kepala berita (headline).
  2. Baris tanggal (dateline).
  3. Teras berita (leade atau intro).
  4. Tubuh berita (body).
Bagian-bagian diatas tersusun secara terpadu dalam sebuah berita, Susunan yang paling sering didengar ialah susunan piramida terbalik. metode ini lebih menonjolkan inti berita saja, Atau dengan kata lain, lebih menekankan hal-hal yan umum dahulu baru ke hal yang khusus. Tujuannya adalah untuk memudahkan atau mempercepat pembaca dalam mengetahui apa yang diberitakan; juga untuk untuk memudahkan para redaktur memotong bagian tidak/kurang penting yang terletak di bagian paling bawah dari tubuh berita (Budiman 2005). Dengan selalu mengedepankan unsur-unsur yang berupa fakta di tiap bagiannya, terutama paa tubuh berita. Dengan senantiasa meminimalkan aspek nonfaktual yang pada kecenderungan akan menjadi sebuah opini.

untuk itu, sebuah berita harus memuat "fakta" yang didalamnya terkandung unsur-unsur 5W+1H. Hal ini senada dengan apa yang dimaksudkan oleh Lasswell, salah seorang pakar komunikasi (Masri Sareb 2006 : 38).
  1. Who - siapa yang terlibat di dalamnya?
  2. What - apa yang terjadi didalam suatu peristiwa?
  3. Where - dimana terjadinya peristiwa tersebut?
  4. Why - mengapa peristiwa itu terjadi?
  5. When - kapan tejadinya?
  6. How - bagaiman terjadinya?
Tidak hanya sebatas berita, bentuk jurnalistik lain, khususnya dalam media cetak, adalah berupa opini. Bentuk opini ini dapat berupa tajuk rencana (editorial), artikel opini atau kolom (column), pojok surat pembaca.

Hal penting lain yang dibutuhkan dalam sebuah proses jurnalistik adalah pada sember berita. Ada beberapa petunjuk yang dapat membantu pengumpulan informas, sebagaimana diungkapkan oleh Eugene J. Webb dan Jerry R. Salancik (Luwi Iswara 2005:67) berikut ini.
  1. Observasi langsung dan tidak langsung dari situasi berita.
  2. Proses wawancara.
  3. Pencarian atau penelitian bahan-bahan melalui dokumen publik.
  4. Partisipasi dalam peristiwa.
(dikutip dari :www. desain.blogdrive.com)

Materi Pelatihan Jurnalistik
Pemateri oleh
Nurhaeni Amir


PELATIHAN JURNALISTIK

Tepat pukul 12.00 (08/02) diadakan Pelatihan Jurnalistik di Hanura HALL yang diselenggarakan oleh IKAMI cabang DKI Jakarta. kegiatan tersebut yang dilakukan selama dua hari sabtu dan minggu dihadiri oleh anggota-angota IKAMI. pelaksanaan kegiatan tersebut untuk menambah pengetahuan mereka tentang jurnalistik sekaligus merekrut anggota-anggota yang ingin menjadi crew majalah LAGALIGO. "saya jadi mengetahui apa itu jurnalistik dan bagaimana cara kita agar membuat sebuah majalah yang bagus dan menarik" kata eko salah seorang peserta kegitan tersebut